POROSNEWS.ID, Gorontalo – Jembatan rusak yang terletak di Desa Polohungo, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo, menjadi perhatian serius dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Provinsi Gorontalo, Abdul Razak Konoli, dimana jalur menuju sekolah akan menjadi hambatan besar bagi siswa yang ingin menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas. Setiap hari, siswa harus berjuang untuk menyeberangi jembatan yang rusak dan tidak aman, sehingga membahayakan keselamatan mereka.
Lanjut Abdul Razak Konoli, kerusakan jembatan ini tidak hanya berdampak pada keselamatan siswa, tetapi juga pada guru. Guru-guru yang mengajar di SDN 11 Tolangohula dan SMP 5 Satap Tolangohula sekolah tersebut terletak di Desa Polohungo, mereka harus berjuang untuk mencapai sekolah setiap hari dengan menyebrangi jembatan yang rusak dan tidak aman.
“Kerusakan jembatan ini membuat guru-guru khawatir tentang keselamatan mereka sendiri serta keselamatan siswa,” tutur Abdul Razak Konoli.
Banyak siswa yang terlambat atau bahkan tidak dapat bersekolah karena tidak dapat menyeberangi jembatan dengan aman.
Dampak dari kerusakan jembatan ini sangat besar bagi siswa, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dan kerusakan jembatan ini menjadi hambatan tambahan bagi mereka.
Untuk itu, kami dari LMND Provinsi Gorontalo mendesak pemerintah dan pihak terkait agar segera mengambil tindakan untuk memperbaiki jembatan yang rusak, sehingga siswa dapat menempuh pendidikan dengan aman dan nyaman. Pendidikan adalah hak dasar setiap anak, dan kerusakan jembatan ini tidak boleh menjadi hambatan bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Selain itu juga, perusahaan yang beroperasi di wilayah Desa Polohungo bersama pemerintah, seharusnya bisa mencarikan solusi atas kerusakan jembatan, karena akses terakhir untuk masyarakat Desa Polohungo hanya bergantung pada jembatan yang kini sdah rusak dan tidak ada akses lain, selain menyeberangi sungai.
Dan dampak dari kerusakan jembatan ini sangat luas, mulai dari meningkatnya biaya transportasi, terganggunya pasokan bahan pokok, hingga menurunnya kualitas hidup masyarakat sekitar.
Salah satu aktivis mengatakan bahwa banyak siswa yang terlambat atau bahkan tidak dapat bersekolah karena tidak dapat menyeberangi sungai dalam keadaan banjir.