Pagelaran Wayang Kulit “Kembang Dewo Retno”

POROSNEWS.ID – Wayang kulit adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia. Kisah dalam pertunjukanya mengandung pesan moral dan filosofi kehidupan. Masyarakat dapat belajar tentang kebajikan, keadilan dan aneka kearifan. Wayang juga menjadi simbol identitas budaya dan ketahanan masyarakat Indonesia. Meski berkembang di daerah jawa, lakon dalam wayang memiliki nilai universal, originalitas nilai dan tujuanya bisa menjadi alat ketahanan budaya bangsa Indonesia.

Esensi wayang adalah estetika pengingat manusia tentang sangkan paraning dumadi (awal dan akhir perjalanan manusia). Wayang arting “hyang”, artinya menuju Tuhan. Atau bayangan yang bermakna bayang wayang yang jatuh ke kelir (kain putih), atau bayangan lakon manusia di dunia yang di mainkan oleh pedalang (seperti Tuhan). Pagelaran wayang bisa menjadi potret masyarakat dan perjalanan bangsa dari masa ke masa. Menjadi alat pengingat, media untuk merefleksikan capaian budaya dan peradaban bangsa Indonesia.

Namun demikian, lambat laun keberadaan wayang kulit mulai memudar seiring dengan perkembangan teknologi digital yang serba instan. Wayang kulit makin jarang di tampilkan karena penggemar dan senimanya mulai berkurang secara dratis.

Dalam rangka pelestarian, pendalaman dan penguatan narasi wayang kulit, kami dari Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER)-Boyolali bekerjasama dengan sanggar Gondangrawe Manunggal, akan menyelenggarakan pagelaran wayang dengan lakon “ Kembang Dewo Retno“ dengan dalang Ki Aryo Pranowo pada hari selasa, 26 agustus 2025, jam 20.00 wib, di Gondangrawe, RT 09, RW. 20, Andong, Boyolali – selesai. Didahului diskusi wayang “Kembang Dewo Retno” dan release pada 23 agustus 2025, jam 19.30 wib, dengan pembicara; dalang Ki Aryo Pranowo, AJ. Susmana (Budayawan dan Sastrawan), Ki Jumar (Sesepuh sanggar Gondang Rawe Manunggal), Muhammad Ma’ruf ( Ketua Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat-JAKER Boyolali).

Pagelaran wayang kulit ini diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT Jaker ke 32 dan HUT RI yang ke 80. Tujuan pagelaran ini sebagai media untuk merefleksikan capaian dari Jaringan Kerja Kebudyaan Rakyat (JAKER) selasa 32 tahun, pada saat yang sama sebagai refleksi budaya dan peradaban bangsa Indonesia selama 80 tahun.

Sinopsis Lakon “Kembang Dewa Retna”

“Kembang Dewa Retna” adalah lakon wayang yang bersumber dari kisah Ramayana versi Jawa, yang mengisahkan perebutan bunga pusaka yang menjadi simbol kemenangan peperangan Sari Kudhup Palwanggakara (perang raksasa & kera) bernama Kembang Dewa Retna. Bunga ini awalnya dijaga oleh Batara Danapati (Kuwera), saudara tiri Rahwana. Karena ambisi untuk memperkuat kekuasaannya, Rahwana mencuri bunga tersebut. Batara Guru kemudian mengubah seekor kumbang yang tersisa dari jambangan bunga menjadi kera sakti bernama Kapi Pramuja, dan mengutusnya untuk membantu Sri Rama merebut kembali bunga itu dari tangan Rahwana.

Dalam perjalananya, Kapi Pramuja berhasil menyusup ke istana Alengka dan mencuri kembali bunga pusaka tersebut. Rahwana yang murka memerintahkan Patih Prahasta mengejar sang kera. Pertarungan sengit pun terjadi, hingga akhirnya Prahasta tewas di tangan Anila, salah satu pasukan Rama, dengan menggunakan tugu sakti yang ternyata jelmaan bidadari Dewi Indradi yang sedang menjalani kutukan. Setelah tugasnya selesai, Kapi Pramuja menyerahkan bunga tersebut kepada Sri Rama. Cerita ini mengandung pesan bahwa kekuatan sejati berpihak pada kebenaran dan keadilan, bukan keserakahan dan kekuasaan.

Penulis : Muhammad Ma’ruf, Ketua Jaringan Kebudayaan Rakyat (JAKER) Boyolali